Blog.Gamatechno.com – Euforia “startup”, ya sebuah istilah baru yang semakin tidak asing di telinga, startup menjadi topik yang membuat banyak orang antusias untuk ramai-ramai membicarakannya. Bagaimana tidak, berawal dari sebuah ide sederhana, kemudian mampu membuai penggiatnya dengan seabreg profit dan popularitas dari produk yang mereka rencanakan untuk dikembangkan.
Wajar saja karena memang banyak media yang gemar mengabarkan bagaimana sebuah startup berjaya. Tapi terkadang kita lupa bagaimana mereka “berdarah-darah” membangun produknya, bagaimana mereka benar-benar mempersiapkan secara matang baik dari konsep maupun model bisnis itu sendiri.
Setelah terjun langsung ternyata banyak yang kemudian baru tersadar banyak “celah” terlupa yang membuat startup-startup ini gagal bertahan meskipun sudah mendapat suntikan dana besar dari venture capital.
Berikut Blog.Gamatechno.com rangkum 11 faktor kegagalan startup yang harus kamu tahu
1. Produk belum sesuai dengan keinginan user
Asumsi vs validasi, inilah salah satu alasan banyak startup gulung tikar. Kebanyakan dari mereka bergerak berdasarkan asumsi para founder. Bagaimanapun juga kita bukanlah user, sehingga step by step dalam inkubasi produk startup ini mesti di validasi apakah benar fitur-fitur yang kita tawarkan benar-benar mengatasi permasalahan pengguna?
2. Menghambur-hamburkan uang untuk promosi murah
Investasi melimpah dari venture capital juga dapat menjadi boomerang bagi startup. “Burn Money” untuk mempromosikan produk berimbas negatif jika tidak mempunyai strategi jangka panjang untuk kehidupan startup pada masa mendatang.
3. Gagal Memuaskan Pelanggan
Produk sudah jadi, investasi sudah mengalir kemudian apalagi? Tentu saja bagaimana startup ini fight di kehidupan nyata,melayani kebutuhan user. Sampai disini ternyata banyak yang gagal mencapai sampai level kepuasan pelanggan saat produk sudah berjalan.
4. Founder atau Salah Satu Founder Keluar
Membangun start up adalah sebuah perjalanan panjang. Ketika gairah untuk membesarkan startup sudah mulai surut ditambah salah satu founder menyerah untuk melanjutkan perjalanan disitu keyakinan founder diuji.
5. Mengabaikan kompetisi pasar dan diverensiasi produk
Setelah mendapatkan suntikan dana investor biasanya start up akan fokus untuk mencari pelanggan sebanyak-banyaknya agar target bisa terpenuhi secara cepat. Kesibukan itu membuat start up lupa membuat diferensiasi produk dan acuh terhadap persaingan pasar.
6. Kesalahan dalam menerima investasi (*bukan venture capital)
Mendapatkan dana investasi menjadi banyak impian startup. Jangan sampai terjebak pada klausul-klausul investor karena jumlah investasinya, beberapa startup bahkan mau menerima investasi dalam bentuk hutang yang malah merugikan perkembangan startup nantinya.
7. Menyerahkan mayoritas saham pada angel investor yang tidak memahami bisnis
Ketika startup menerima dana investasi, itu artinya kepemilikan sudah dibagi. Setiap keputusan yang dibuat perlu melewati persetujuan dari investor. Menjadi bencana ketika investor terlalu banyak campur tangan tetapi tidak memiliki kompetensi yang cukup pada bisnis yang dijalankan startup.
8. Terlalu fokus pada perkembangan jumlah pengguna, mengabaikan model bisnis jangka panjang
Memiliki model bisnis jangka panjang membuat start up bisa tetap berjalan sesuai jalur untuk terus mengembangkan bisnisnya. Tak memiliki rencana jangka panjang membuat start up kehilangan arah, bisa jadi mereka hanya bekerja mengumpulkan pengguna tanpa tahu kedepannya akan dikembangkan seperti apa.
9. Pasar belum terbentuk dan sulit dalam pendanaan
Ketika startup memiliki tingkat ke-PD an yang kelewat tinggi terhadap produk yang dibangun ternyata setelah launching, pasar belum terbentuk dan tidak ada yang menggunakan produk mereka. Pendanaan dari investor untuk operasional produk pun sulit didapat karena valuasi market yang rendah
10. Tidak mampu menemukan model bisnis yang cocok
Persaingan bisnis yang ketat menuntut start up harus kreatif dalam menciptakan produk yang menjadi solusi masyarakat. Menemukan model bisnis yang tepat juga menjadi tugas yang kadang diabaikan, padahal ini penting untuk tetap mendapatkan dana dari produk yang dihasilkan.
11. Kompetisi yang ketat dan tidak berpengalaman dalam operasional
Terjun langsung di bisnis nyata ternyata tidak lebih mudah dibanding membangun ide membuat sebuah solusi startup. Banyak startup yang gagal karena pada level ini banyak kendala-kendala diluar yang mereka bayangkan sebelumnya. Selain tidak berbekal pengalaman juga dengan mudah tenggelam oleh kompetitor yang memang “bermain” di bidangnya.
Discussion about this post