Blog.Gamatechno.com – Meskipun perusahaan taxi di seluruh dunia berada di bisnis yang sama, namun ternyata masing-masing negara maupun region memiliki tradisi yang berbeda dalam hal reservasi.
Di Amerika dan negara-negara Eropa misalnya. Pelanggan lebih sering memanggil taxi dengan melambaikan tangan atau berdiri di pinggir jalan sampai ada taxi yang menghampiri. Contoh dari hal ini dapat langsung diamati ketika menonton serial TV “Sherlock”. Detektif Baker Street itu sering langsung keluar rumah dan berteriak “taxi” lalu sekejap kemudian ada taxi yang menghampiri.
Hal tersebut ternyata tidak berlaku di Finlandia. Para pelanggan lebih suka memesan taxi melalui reservasi telepon. Sedangkan di Indonesia, terlihat sampai sekarang ini pelanggan taxi masih menggunakan metode campuran: langsung dan telepon.
Sayangnya, penggunaan cara-cara reservasi manual tersebut masih memiliki banyak kekurangan. Pemesanan langsung di jalan tidak selalu bisa dilakukan, sebab mungkin saja taxi tidak selalu tersedia di area tertentu. Sedangkan apabila menggunakan reservasi telepon, bisa muncul beberapa permasalahan lain seperti: supir taxi kesulitan mencari alamat si pemesan, atau terjebak kemacetan di jam-jam sibuk.
Kalau sudah seperti itu, pelanggan sangat mungkin menghubungi beberapa operator taxi sekaligus. Taxi yang lebih dulu datang, itulah yang dipilih. Di kemudian hari, banyak operator melakukan perbaikan dengan pemasangan GPS, namun ternyata hasilnya tidak berbeda jauh.
Belakangan, mulai bermunculan alternatif reservasi via aplikasi smartphone. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa sehari-hari masyarakat sudah banyak yang menggunakan smartphone. Mereka membutuhkan akses yang cepat, mudah, dan lengkap saat itu juga. Maka tidak heran apabila kemunculan berbagai aplikasi reservasi, misalnya, Grab-Taxi, Go-Jek, dan Say-Taxi memperoleh perhatian besar dalam waktu singkat. Karena dengan adanya aplikasi mobile tersebut, driver dan pelanggan akan langsung terhubung. Keuntungannya, waktu delay bisa diminimalisir, pelanggan merasa aman dan nyaman karena di aplikasi terdapat informasi lengkap yang real-time, pun ketepatan pick point semakin akurat.
Namun di lain hal, sejauh ini mayoritas operator pemilik aplikasi reservasi adalah pemain baru. Banyak di antara mereka yang jumlah armadanya masih belum memadai sehingga jangkauannya belum terlalu luas. Bahkan di kasus lain, Uber misalnya. Uber adalah aplikasi reservasi taxi, tetapi keberadaannya di Indonesia dan beberapa negara lain termasuk di Amerika masih terganjal regulasi. Karena dia adalah pemain baru, keberadaan armadanya disebut-sebut illegal karena tidak membayar pajak dan sebagainya.
Celah tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan oleh operator taxi di Indonesia yang sudah mapan. Perusahaan taxi di berbagai daerah sudah harus memiliki aplikasi reservasi via smartphone sendiri apabila ingin meningkatkan jumlah pelanggan karena memang tuntutan globalisasi seperti itu. Apalagi melihat fakta bahwa perusahaan taxi yang sudah ada tentu telah mengantongi izin beroperasi yang lengkap sehingga legal. Kalau sudah begitu, bukan mustahil jumlah pelanggan akan terus naik dan reservasi via aplikasi smartphone menjadi budaya baru di sini. (anas)
Discussion about this post