Metode lean startup adalah sebuah metode yang dipopulerkan oleh Erric Ries dan cukup sering dibahas di Tech Industry dewasa ini dalam korelasinya untuk menginkubasi produk dan layanan baru, maupun memperpanjang lifecycle sebuah produk dengan memberikan value added yang baru. Dimulai dari definisi dari startup itu sendiri, Erric Ries menjelaskan sebagai berikut: “Startup adalah institusi yang didesain untuk membuat produk atau layanan baru dibawah kondisi ketidakpastian yang ekstrim”. Dari penjelasan tersebut bila diterjemahkan lebih rinci, startup dapat berarti:
a. Perusahaan Rintisan dengan produk/layanan baru.
Perusahaan rintisan mempunyai kondisi ketidakpastian tentang penerimaan market atas produk/solusi mereka, arah pengembangan produk, sustainabilitas pendanaan, culture teamwork dan seterusnya.
b. Divisi Baru dalam sebuah perusahaan yang ingin menciptakan terobosan inovasi produk/layanan baru.
Sebuah divisi baru mempunyai ketidakpastian berkenaan penerimaan market terhadap produk/solusi yang akan dibuat, culture teamwork yang belum terbangun (sama dengan perusahaan rintisan), namun barangkali arah pengembangan produk, pendanaan dan relasi bisnis bisa jadi sudah lebih jelas diturunkan dari perusahaan induk dari divisi baru tersebut.
c. Divisi yang sudah ada dalam perusahaan yang ingin membangun inovasi produk/layanan baru.
Yang terakhir ini, jelas sudah memiliki pengalaman pengembangan produk, sudah ada relasi bisnis serta culture teamwork yang lebih establish. Kondisi ketidakpastian adalah berkenaan dengan acceptance market terhadap produk/layanan baru yang akan dibangun.
Nah, kondisi ketidakpastian yang ekstrim itu adalah pada ketidaktahuan apakah solusi yang kita bangun cukup pas/acceptable buat market atau tidak. Kemudian setelah kita mengambil konsensus dan menyamakan persepsi tentang istilah startup, kita bisa lanjutkan ke definisi tentang lean startup. Kurang lebih definisinya adalah sebagai berikut:
“Metode Lean Startup adalah sebuah metode yang berfokus pada cepatnya penciptaan prototype dengan tujuan pengujian asumsi. Feedback pelanggan digunakan untuk menggerakkan setiap iterasi yang memungkinkan untuk evolusi lebih cepat daripada proses tradisional”.
(*definisi dari Erric Ries, dengan dimodifikasi sedikit, mengganti “perusahaan” dengan “metode” agar lebih sesuai dengan konteks tulisan)
Beberapa kata kunci dalam definisi tersebut adalah “kecepatan” untuk mengkonfirmasi asumsi, “customer feedback” yang akan menjadi penentu sebuah fitur/solusi direalisasikan/tidak dan “iterasi” yang akan memastikan hasil akhir solusinya memang sudah yang paling pas untuk untuk menyelesaikan problem di market . Tiga kombinasi tersebut menghasilkan effisiensi dengan mereduksi waste (kesia-sian) atas penggunaan sumberdaya (time-effort-budget) dengan melakukan aktifitas yang diperlukan saja. Juga akan menghasilkan produk/solusi yang lebih cepat mature dan lebih diterima oleh market, karena fitur-fitur yang dibuat merupakan realisasi dari market feedback itu sendiri.
Pemahaman atas definisi tersebut, menuntun kita untuk lebih lanjut memahami tahapan-tahapan dalam menjalankan metode “lean startup” sebagai berikut:
Tahap 1: Market Validation
Market Validation adalah tahapan untuk memastikan bahwa asumsi problem yang kita definisikan memang benar-benar ada, terjadi pada banyak orang, merupakan problem yang penting dan seterusnya. Ada juga yang menyebut tahap ini sebagai tahap “Market Development/Customer Development”. Pada tahap ini, assesment, survey, penggunaan landing page diperlukan.
Tahap 2: Product Validation
Product Validation adalah tahapan untuk memastikan bahwa konsep solusi/prototype solusi yang dibangun adalah yang paling pas/ paling efektif yang dapat menjawab problem valid pada tahap-1. Ada juga menyebut tahap ini sebagai tahap “Penciptaan MVP (Minimum Viable Product)”. Pada tahap inilah mock-up/prototype diperlukan.
Tahap 3: Business Validation
Business Validation untuk memastikan bahwa dari proses penyelesaian problem dengan solusi tersebut memang memiliki nilai bisnis, bisa juga mencarikan model bisnis yang paling pas untuk skema problem-solusi yang sudah valid pada tahap-1 & tahap-2 tersebut. Nah model bisnis yang paling baik adalah yang memiliki karakter sustainable & growing. Sustainable dalam arti akan bertahan lama (selamanya jika mungkin) dan growing secara eksponensial, dimana pendapatan dapat dipicu agar tumbuh secara eksponensial dan pengeluaran dapat ditekan agar tumbuh secara linier.
Jika dikorelasikan dengan struktur organisasi, tahap-1 dan tahap-3 dapat dilakukan oleh tim pengembangan bisnis & marketing. Sedangkan tahap 2 dapat dilakukan oleh tim teknis pengembangan produk. Memang untuk menjalankan metode ini idealnya diperlukan tim gabungan dari 3 aspek: business, design & engineer. Implementasi dari metode “lean startup” ini dapat memberikan beberapa benefit sebagai berikut:
- Meminimalisir resiko kegagalan produk saat di launch ke market
- Menghindari investment besar diawal pembuatan produk, padahal belum tentu saat produknya rampung akan dapat diterima oleh market.
- Kecepatan dalam market occupancy dan “time to market” produk
- Faster feedback, faster product maturity, faster business maturity (Rapid build –> measure –> learn cicles)
- Invest in Learning, not only Asset
Dengan mengadopsi konsep ini, culture product development dapat dibangun dengan membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan market. (trias)
Discussion about this post