Blog.Gamatechno.com- Statistik menunjukkan bahwa dalam 20 tahun belakangan, aktivitas booking via agen travel mengalami penurunan sekitar 50%. Penurunan ini paling banyak diakibatkan oleh berkembang pesatnya bisnis reservasi secara online. Bisnis online belakangan banyak yang menggunakan strategi diskon serta penawaran menggiurkan lainnya bagi para konsumen.
Meski persaingan antara agen travel offline dan online berjalan ketat, konsumen nyatanya tidak begitu saja meninggalkan satu jasa dan mutlak memilih yang lain. Dalam praktik beberapa tahun belakangan, agen online memang berhasil menarik mayoritas konsumen untuk melakukan reservasi hotel. Akan tetapi, 70% konsumen masih lebih memilih untuk menggunakan agen offline apabila ingin membeli tiket pesawat dengan tujuan keluar negeri. Konsumen masih menganggap bahwa tiket pesawat di agen travel lebih murah harganya, sekaligus mereka punya kesempatan lebih untuk berbicara langsung dengan agen.
Dengan kondisi yang cukup unik ini, bisnis tour & travel harus jeli dalam menentukan strategi pemasarannya. Dengan infrastruktur yang sudah dimiliki oleh jaringan agen, semestinya mengadopsi perkembangan teknologi terbaru ke dalam pelayanannya bukanlah perkara yang sulit. Kalau kata para pegiat bisnis yang sekarang berfokus ke ranah digital: teknologi lampau harus dihadirkan sebagai pelajaran untuk masa depan. Artinya, kebutuhan pengembangan bisnis ke arah progresif tersebut bukan tanpa alasan.
Agen tour & travel offline memang masih bisa bertahan selama beberapa waktu ke depan dengan tetap menggunakan mekanisme lamanya. Mereka masih bisa mengandalkan pelanggan setianya maupun bergantung pada pengaruh words of mouth. Namun, cara tersebut akan bertahan berapa lama? Belum lagi agen offline tentu akan cukup kesulitan untuk menjaring pelanggan baru di tengah perubahan pola bisnis dunia yang berubah sebegitu cepatnya.
Susah memprediksi apa saja hal yang akan berubah drastis dalam 20 tahun ke depan. Berkaitan dengan agen tour & travel, bisnis ini wajib memperbaharui mekanisme lama dan mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya—mengingat saat ini mulai terjadi transisi dari masyarakat industri ke masyarakat informasi.
Maka dari itu, Gamatechno menyarankan agar bisnis tour & travel mempertimbangkan tips 4S berikut ini:
1. Structured Data: agen harus memiliki data yang terstruktur rapi, hal ini juga harus bisa diimplementasikan bersamaan dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai.
2. Speed: nilai tambah dari sebuah bisnis jasa adalah keberadaan data yang bisa diakses secara real-time. Kecepatan akses untuk informasi yang ingin diperoleh konsumen merupakan kunci mendapatkan kepercayaan mereka.
3. Service: lakukan beberapa pengembangan layanan yang bisa meningkatkan pengalaman konsumen. Misalnya menyediakan pelayanan self-service berbasis digital, maupun mengakomodasi layanan yang ditangani langsung oleh tenaga manusia sehingga lebih “ramah”.
4. Sage: semakin bisnis tour & travel memahami konsumennya, maka pelayanannya akan semakin prima. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan analisis langsung maupun analisis prediktif. Seperti dalam bisnis lainnya, analisis konsumen akan berujung pada pertumbuhan bisnis, pendapatan, serta pengalaman pelanggan.
Kemajuan teknologi saat ini memang sangat memudahkan kita dalam merencanakan travelling. Teknologi yang ada mampu meningkatkan pengalaman pelancong lewat mudahnya penggunaan fitur pemilihan jasa perjalanan dan reservasi. Kalau dulu orang harus datang atau menghubungi agen travel untuk memesan tiket perjalanan, hotel, maupun paket liburan, kini semuanya bisa dilakukan secara lebih mudah melalui laptop ataupun smartphone. Belajar dari sini, kalau Anda berhasil membuat bisnis tour & travel adaptif terhadap perkembangan era, bukan saja konsumen lama akan tetap setia, tetapi bisnis juga bakal mampu menarik potensi pasar yang baru.
Sumber: Quadlabs.com
Discussion about this post