Blog.Gamatechno.com – Smart tourism kini menjadi mantra sakti baru di dunia pariwisata. Istilah ini sudah mulai banyak diadopsi oleh pelaku industri pariwisata global dengan harapan bisa mendongkrak angka kunjungan wisatawan. Seperti di bidang lain, penggunaan terma “smart” di depan “tourism” tidak lepas dari integrasi teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Berkatnya, akan tersedia data pendukung pariwisata dalam jumlah yang masif dan bisa diubah menjadi perencanaan hebat.
Kembali berbicara tentang “smart”, pelaksanaan dari transformasi tourism ke smart tourism tentu berpangku pada pemanfaatan teknologi sensor, big data, open data, Internet of Things (IoT), dan sebagainya. Selain itu, harus pula diimbangi dengan kemampuan prediksi dan penalaran pelakunya.
Dalam konteks pariwisata, implementasi smart tourism lebih kompleks dari bidang lainnya. Teknologi yang ada tidak bisa berjalan begitu saja tanpa adanya sinergi dengan dukungan antara institusi (pemerintah), pelaku industri, dan masyarakat. Terlebih untuk kasus di benua Asia, di mana kampanye wisata eksotis semakin banyak dijadikan sebagai ujung tombak pendapatan negara.
Kembangkan Pariwisata Daerah dengan Optimalisasi Teknologi
Erat berkaitan dengan ICT, smart tourism sangat bergantung pada keberadaan infrastruktur fisik. Sebagai contoh, tengok Barcelona; kota ini memanjakan wisatawan yang berkunjung dengan menyediakan halte bus interaktif—tidak hanya memberikan informasi objek-objek wisata dan jadwal bus, tetapi juga colokan USB untuk pengisian daya gawai. Barcelona pun menyediakan fasilitas peminjaman sepeda yang bisa dimanfaatkan wisatawan di seluruh penjuru kota dan bisa dilacak dengan aplikasi smartphone.

Contoh lain, Brisbane misalnya; kota ini baru saja menerapkan 100 suar di titik-titik strategis dan mereka bisa saling bertukar informasi pun dapat dipantau via smartphone. Informasi yang terekam dapat membantu masyarakat dan turis untuk mengakses informasi termutakhir.

Tiga Komponen Utama Smart Tourism

Dalam pewujudan smart tourism, terdapat tiga komponen dan layer utama. Pertama adalah Smart Experience yang memberikan pengalaman lebih bagi pengunjungnya, misalnya update informasi terbaru, dan sebagainya. Kedua adalah Smart Business Ecosystem—tentu saja industri pariwisata tidak lepas dari urusan bisnis, sehingga pelaksanaannya harus ramah investor. Ketiga adalah Smart Destination—selain meningkatkan pengalaman pengguna, destinasi wisata pun harus mampu menawarkan nilai lebih yang membedakannya dengan tempat yang lain. Ketiga elemen di atas sama-sama menghasilkan dan menggunakan data yang berpola: pengumpilan, pertukaran, dan pemrosesan.
Piranti ICT serta aplikasi yang bisa diakses secara luas juga memungkinkan industri pariwisata untuk menjadi semakin pintar. Artinya, pihak-pihak terkait mesti ikut meningkatkan performa serta tingkat persaingan satu destinasi wisata dengan destinasi wisata yang lain. Terdapat perputaran informasi yang begitu deras di sisi bisnisnya. Hal itu akan berdampak pada strategi marketing, manajemen usaha, maupun standar pelayanan terhadap wisatawan.
Tantangan Bagi Pengembangan Pariwisata Daerah di Indonesia
Sumber: kominfo
Smart tourism pun pada akhirnya turut menantang industri pariwisata tradisional. Untuk bisa bertahan, pelaku industri tersebut harus mulai berani beradaptasi dan menyusun ulang model bisnisnya yang berorientasi pada kepuasan pengunjung. Hanya saja, model pariwisata ideal memang sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan. Di banyak tempat, smart tourism masih bergantung pada instruksi pengembangan dan dana dari pemerintah. Di kondisi ini, model bisnis di industri pariwisata menjadi cukup susah untuk diformulasikan.
Berpegangan pada beragam fakta di atas, Indonesia sangat potensial untuk menjadi lumbung smart tourism. Negeri ini punya begitu banyak objek wisata yang bisa dieksplorasi dan dikembangkan. Promosi wisata perlu di perhatikan sehingga bisa semakin dikenal oleh dunia.
Baca Juga: 5 Langkah Jitu Promosikan Pariwisata Daerah Anda
Beberapa langkah awal sudah ditempuh, salah satu yang terkenal adalah melalui pendeklarasian 10 destinasi wisata prioritas. Namun, kesemuanya memang berjalan secara bertahap. Apalagi kalau merujuk pada syarat dasar smart tourism, artinya masalah infrastruktur masih menjadi pekerjaan rumah bagi industri pariwisata di Indonesia.
Discussion about this post