Anda pasti sudah tidak asing dengan istilah pekerjaan freelance. Yaps, gig economy yang akan kita bahas punya kaitan erat dengan istilah freelancer.
Mengapa gig economy berhubungan erat dengan freelancer? Karena gig economy adalah masa di mana bekerja tidak lagi musti datang ke kantor atau dilakukan di kantor. Gig sendiri dalam istilah ekonomi bisa diartikan dengan pekerjaan dalam masa atau periode tertentu. Sehingga, gig economy mengacu pada tren yang sekarang ini sedang hype di kalangan generasi milenial dan gen Z yang menekuni pekerjaan sebagai freelancer yaitu bekerja dengan sistem tidak terikat, biasanya per proyek; dan dapat bekerja secara remote, bebas menentukan bekerja dari mana saja.
Apa itu Gig Economy?
Gig economy menggambarkan sebuah sistem pasar bebas di mana perusahaan dan pekerja independen terikat hubungan kerja jangka pendek. Biasanya istilah gig sering kita temui dalam sebuah pementasan musik. Gig sering digunakan oleh musisi untuk mendefinisikan sebuah acara manggung. Berbeda dengan gig pada acara panggung musik, gig economy merujuk pada sebuah pekerjaan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu saja.
Gig economy adalah sebuah tren terkini yang dibentuk oleh beberapa faktor. Gig economy adalah bagian dari pergeseran budaya dan lingkungan bisnis yang termasuk di dalamnya ada sharing economy, gift economy, barter economy, dan lebih banyak pekerjaan fleksibel. Dampak kultural dari gig economy terus berubah, misalnya pandemi Covid-19 mempunyai efek yang signifikan pada tren perekrutan kerja.
Siapa yang Menjadi Bagian dari Gig Economy?
Fenomena gig economy ini terbentuk oleh perusahaan-perusahaan, pekerja, dan konsumen. Terdapat beragam pekerjaan gig, tidak hanya satu jenis saja. Yang termasuk pekerjaan gig yaitu:
- Freelancer yang dibayar per proyek
- Kontraktor independen yang bekerja dan digaji dengan skema contract-to-contract
- Pekerja project-based yang digaji berdasarkan proyek
- Pekerja sementara yang dipekerjakan untuk periode waktu tertentu
- Pekerja paruh waktu
Tren ini memberi ruang untuk konsumen dengan sebuah alternatif produk komersial dan industri. Mereka beralih ke gig economy untuk kenyamanan dan pelayanan yang lebih baik. Aplikasi gig juga sudah memenuhi tuntutan konsumen di mana ketersediaan terbatas atau mahal. Contohnya Airbnb sudah memainkan perannya ketika ketersediaan kamar hotel terbatas, mereka membuat lebih banyak ketersediaan akomodasi sementara, dan kadang dengan harga yang murah.
Pekerjaan Gig Economy dan Industri
Berbagai jenis pekerjaan yang termasuk dalam gig economy tersebar di berbagai macam industri seperti:
- Accounting and finance: Konsultan independen dan perwakilan pegadaian
- Administrasi: Asisten administratif
- Art and design: Musisi atau desainer grafis
- Konstruksi: Pandai kayu dan bisnis konstruksi lainnya
- Edukasi: Instruktur pengganti atau tutor
- Freelance writing: Content writer dan copywriter
- Teknologi informasi: network analyst, dll
- Media dan komunikasi: Technical writer dan fotografer
- Project management: Manajer proyek atau kantor
- Software development: User experience dan DevOps engineer
- Transportasi: Taxi online
- Dll
Benefit dari Gig Economy
Menurut data dari HBR, saat ini ada sekitar 150 juta orang di Amerika Utara dan Eropa Barat bekerja sebagai kontraktor independen, kebanyakan dari mereka terjun ke bidang industri knowledge-intensive dan pekerja kreatif. Meskipun mereka tidak mempunyai regulasi jelas seperti pekerja sistem konvensional untuk melindungi urusan personal, sosial, dan keresahan ekonomi; namun mereka juga lebih memilih untuk bekerja mandiri demi keuntungan yang mereka dapat dari situ.
Berikut keuntungan yang bisa didapat dari gig economy:
Efisiensi untuk bisnis
Gig economy memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk melakukan penghematan dalam hal uang dan sumber daya. Mereka tidak perlu bertanggung jawab memberikan benefit seperti cuti sakit maupun asuransi kesehatan kepada pekerja lepas. Juga, mereka tidak perlu menyediakan ruang kantor, peralatan, dan pelatihan. Gig economy juga memungkinkan untuk mengkontrak tenaga ahli hanya untuk proyek spesifik karena biaya akan terlalu mahal untuk merekrutnya sebagai pekerja penuh waktu.
Nilai tambah untuk pekerja
Work-life-balance bisa diwujudkan oleh gig economy. Pekerja independen bisa memilih sendiri pekerjaan freelance yang menarik minat mereka, yang membuka kesempatan-kesempatan baru, dan sesuai dengan keinginan dan jadwal mereka. Mereka tidak terhenti di sebuah pekerjaan full-time yang mungkin kurang menarik bagi mereka dan tidak memberikan fleksibilitas yang mereka butuhkan.
Menjadi alternatif untuk konsumen
Konsumen beranggapan bahwa gig economy menyediakan pilihan lebih banyak dan nyaman dalam layanan yang ditawarkan. Banyak layanan yang berkualitas ditawarkan dengan harga terjangkau. Layanan yang ditawarkan juga lebih fleksibel dalam hal pilihan penyedia layanan, waktu, dan juga lokasi.
Gig Economy di Indonesia
Saat ini tren gig economy di Indonesia juga terus berkembang. Fleksibilitas waktu dan tempat menjadi daya tarik dari tren ini. Fenomena yang mungkin menjadi titik balik dari gig economy di Indonesia adalah ketika marak bisnis ojek online, di mana profesi sebagai pengemudi ojol cukup menjanjikan dan dapat dilakukan oleh siapa saja dari berbagai lapisan masyarakat, baik wanita, mahasiswa, sebagai sampingan dari pekerja kantoran, dan sebagainya.
Fleksibilitas menjadi kunci yang menarik masyarakat untuk mencoba profesi sebagai pengemudi ojol. Banyak diantaranya bahkan menjadikan profesi ini sebagai profesi utama dan nyatanya bisa mengentaskan mereka dari krisis ekonomi rumah tangga.
Dalam praktiknya, Indonesia sendiri belum mempunyai regulasi yang jelas terhadap gig economy. Dalam gig economy, hubungan kerja antara platform dan pekerja dinyatakan sebagai mitra atau kemitraan. Pemerintah cukup berhati-hati untuk turun tangan dalam pengaturan regulasi gig economy di Indonesia. Jika belum ada aturan hukumnya, tentu ini dapat merugikan pelaku gig economy karena risiko pekerjaan tidak mendapat jaminan sosial, jaminan upah, maupun jaminan keselamatan.
Discussion about this post