5 Miskonsepsi Transformasi Digital pada Bisnis

miskonsepsi transformasi digital

Sangat tinggi kemungkinannya bahwa efek pandemi pada dunia menggiring perusahaan-perusahaan untuk mengubah operasional mereka untuk lebih digital. Namun, nyatanya dalam hal transformasi digital tidak ada begitu banyak pengarahan yang tersedia. Bahkan ada banyak sekali miskonsepsi pada beberapa informasi yang tersedia. Area bisnis baru sering mempunyai masalah ini.

Pertama-tama, ada miskonsepsi umum yang sering terjadi yaitu pernyataan bahwa transformasi digital adalah hal terpisah dan adalah sesuatu yang ditambahkan ke model bisnis. Transformasi tidak hanya menambah teknologi ekstra ke strategi bisnis yang sudah ada. Transformasi adalah sebuah proses berjalan, sebuah proses yang mungkin harus berubah untuk tetap bekerja dengan baik.

Seorang arsitek bisnis adalah seseorang yang bertanggung jawab pada basis hari ke hari perusahaan. Sehubungan dengan perannya, arsitek bisnis juga merupakan elemen penting pada transformasi digital perusahaan dan keseluruhan strategi.

Berikut miskonsepsi yang disajikan dalam sebuah tabel:

Miskonsepsi Konsep yang Benar
Tingkat keberhasilan bergantung pada canggih tidaknya teknologi Keberhasilan bergantung pada strategi bisnis yang dilakukan
Diperlukan guna sebuah branding ‘tech savvy’ Diperlukan untuk memberi customer experience yang terbaik
Harus menggunakan software dan gawai model terbaru Menggunakan software dan gawai pada umumnya guna mewujudkan manajemen perusahaan yang ideal
Digital memperbarui divisi IT saja Digital memberi pengaruh divisi perusahaan secara keseluruhan
Digitalisasi sama dengan inovasi Digitalisasi merupakan awal dari perjalanan inovasi

Miskonsepsi 1: Transformasi Digital adalah Sebuah Hal Terkait Implementasi Teknologi

Mengimplementasikan teknologi relatif sederhana. Sekalinya sumber diamankan, tugas-tugas biasanya bisa terselesaikan dengan baik. Bagaimanapun, bagian ini tidak menyentuh orang dan proses. Teknologi bisa jadi sangat kuat, tapi tanpa peralatan yang tepat pun jadi mustahil. Proyek yang bertujuan pada transformasi digital sering mengalami penundaan terlalu lama untuk menggunakan teknologi dan terlalu sedikit praktik untuk mengekstrasi value dari teknologi itu sendiri. Tentu memerlukan kontribusi setiap orang melalui sebuah framework yang bisa dipertanggungjawabkan.

Ini diperkuat dengan fakta bahwa, seringkali, transformasi digital diasimilasikan untuk ‘online’. ‘Transformasi digital’ pada intinya adalah aplikasi dari proses dan elemen teknikal dari era internet ke operasional bisnis. Kesejajaran dan integrasi dari ritel dan e-commerce penting jika Anda ingin menghindari audiens yang ada jadi ‘kanibal’, dan itu adalah ganjalan lumrah selama transformasi digital. Tentu Anda ingin menjabarkan wadah-wadah untuk membagikan insight konsumen.

Miskonsepsi 2: Transformasi Digital Terjadi ketika Anda Mengimplementasikan Tim yang Cerdas

‘Kerja cerdas’ digunakan untuk sesuatu yang menggetarkan oleh korporasi besar; terinspirasi oleh aksi firma lebih kecil dan baru pada tempo yang tinggi dan responsif. Merupakan cara yang baik melakukan hal tersebut tetapi operasionalnya harus berjalan secara alami. Butuh tujuan yang lebih besar kedepannya. Transformasi terlalu komprehensif untuk bergerak tanpa mempunyai arah yang jelas. Sebuah visi tentunya.

Anda tentu memerlukan visi, sebuah profil untuk transformasi itu sendiri. Kita berubah untuk apa, sih, sebenarnya? Dan mengapa kita melakukannya? Anda perlu sebuah cara untuk bekerja maju ke depan secara cerdas. Kesuksesan sudah terlihat dengan menggunakan pesan yang terhubung dengan visi transformasi. Sebuah situasi ‘dari’ dan ‘ke’ dituliskan, bersamaan juga dengan alasannya. Hal tersebut fundamental. Itu bisa menjadi arahan untuk membuat keputusan dan memuat tugas di ambang dasar. Itu adalah sesuatu yang bisa dipercaya oleh perusahaan.

Miskonsepsi 3: Tujuannya adalah Untuk Meningkatkan Pengeluaran (Digital) Marketing

Sebuah peningkatan pada pengeluaran marketing akan terdengar seperti musik bagi telinga CMO. Juga, dalam sejumlah sedemikian rupa dari kasus transformasi, hal ini dengan cepat menjadi tujuan yang cukup cemerlang yang secara tidak sadar tumbuh menjadi bagian yang dominan. Apa yang seharusnya proyek transformasi digital tinjau kembali secara periodik adalah: ‘Apakah Anda mendapatkan balik modal dan keuntungan dari bisnis?’ Hal mendasar di awal harus memuat pemahaman yang jelas dari metrik yang benar dan status terkini mereka untuk mengevaluasi pertumbuhan pasar.

Pengeluaran marketing merupakan sebuah peranti untuk merealisasikan tujuan bisnis. Anda harus selalu memperhatikan hal ini. Sebuah transformasi pada intinya berarti bahwa ada kebutuhan untuk membuat perubahan. Sebuah perubahan tidak mengimplikasikan sebuah kenaikan dalam bentuk apapun. Kenyataannya, hal itu mungkin sama artinya dengan efisiensi yang tinggi. Jika tidak ada yang berbalik dalam hal modal dan keuntungan pada bisnis, proyek-proyek wajib dilaksanakan melampaui segala hambatannya.

Miskonsepsi 4: Hanya Relevan untuk Brand Terbatas dan Kategori Tertentu

Ada miskonsepsi yang sangat luas bahwa transformasi hanyalah untuk beberapa operasional marketing saja. Yang benar adalah bahwa sebagian besar brand akan harus menerima bahwa perubahan adalah hal yang esensial untuk bertumbuh atau untuk bertahan dengan kompetitor. Hal ini jadi benar-benar masuk akal. Ada banyak pengembangan di tahun-tahun yang lalu dan meskipun banyak prinsipal bisnis yang kuno masih relevan, evolusi teknologi terarah oleh era internet yang sudah secara drastis mempengaruhi aspek-aspek seperti penawaran produk, kepuasan klien, dan pengalaman kreatif. Perusahaan-perusahaan cenderung mulai mengadopsi transformasi dengan secara logis membangun aplikasi-aplikasi ini di sekitar operasional bisnis inti. Namun biasanya terlalu lambat pelaksanaannya.

Cara ini bekerja dengan baik sampai di titik bahwa peserta kategori baru memasuki dan membangun sekitar area aplikasi digital: sebuah perilaku inside-out. Jangan salah sangka, itu juga masuk akal untuk menahan profit yang didapat dari prinsipal legasi, selama Anda siap untuk pengaturan adaptasinya. Di samping posisi brand atau industri, kesempatannya tinggi bahwa cepat atau lambat operasi marketing perusahaan Anda harus mulai memikirkan tentang tantangan-tantangan seperti lebih menjadi perusahaan yang menerapkan marketing clien-centric, meningkatkan hasil prinsipal automasi atau menaikkan digital eco-system dengan cara yang optimal.

Miskonsepsi 5: Transformasi Sama dengan Evolusi

Definisi transformasi sebenarnya cukup sulit untuk disimpulkan. Nyatanya adalah bahwa ketika Anda menanyakan selusin persoalan ke para ahli, jawaban-jawabannya pasti akan bervariasi. Namun, kurang lebihnya bisa didapatkan pengertian bahwa “transformasi digtal adalah sebuah perpindahan atau pergeseran di dalam sebuah struktur marketing, sistem, model operasional, orang, dan/atau peran perusahaan yang dipicu oleh peluang teknologi yang menyebabkan bertumbuhnya bisnis. Marketing transformasi seperti membayangkan kembali model operasional marketing dengan menstruktur ulang dan seringkali memuat sebuah elemen dari perubahan sistem software marketing.”

Transformasi mengimplikasikan sebuah perubahan dramatis dalam sebuah bentuk atau penampilan. Hal tersebut cukup ekstrim, radikal, dan besar. Kurang populer, lebih umum, dan lebih praktikal adalah evolusi: yang dikembangkan dari awal mula. Perubahan yang konstan dari menambahkan dan membuang elemen-elemen dalam pengaturan operasional marketing. Yang terpenting adalah menyelesaikan segala permasalahan dan memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan marketing bisnis dengan mengaplikasikan proses dan teknologi era internet.

Itu tadi adalah lima miskonsepsi tentang transformasi digital yang masih sering kita temui di beberapa sumber informasi. Nah, sekarang sudah tidak salah sangka lagi, ya, tentang hal-hal terkait transformasi digital. Untuk menemukan solusi permasalahan bisnismu. Yuk, klik di sini dan konsultasikan dengan tim Gamatechno.

Exit mobile version